Waktu
kami tinggal di Lampung, Alhamdulillah suamiku pernah mengajak kami makan di
resto tengah kota. Yang dimakan itu, kepala ikan patin kuah bening pedas, diracik dengan rempah bumbu. Kebayanglah kan enaknya kalau dimakan pas musim
hujan.
Nah...sekali
makan aku belum suka. Pas kedua kalinya diajak ke tempat yang beda,
disitulah aku jatuh cinta sama pindang.
Kenapa
cuma makan pindang sampe dibikin tulisan? Ya iyalah, soalnya selama ini aku ga
pernah makan ikan patin, lele, dan sejenis ikan berkumis lainnya. Dipikiranku, ikan-ikan berkumis itu ga enak. Eh ternyata pas dimasak pindang oleh orang yang
tepat, enak juga.
Pas
kali kedua itu aku makan pindang patin, dari penampakannya, ikan itu dimasak
dengan bumbu yang digiling kasar, dicampur dengan irisan nenas. Disinilah
naluri emak emakku muncul. Bagaimana cara supaya bisa sering makan enak, tanpa
harus beli. #kekep dompet.
Mulailah
aku hunting resep. Cari di online kok resepnya tidak meyakinkan. Alhamdulillah ada
ibu mertua tetangga yang sukacita memberikan resep pas di lidah. Ini
dia resepnya
Bahan-bahan
- Setengah kg ikan. Bersihkan pakai nipis sampai hilang baunya. Boleh ikan apa aja. Biasanya yang dipandang itu, ikan patin. Tapi kalau mau ikan lain juga boleh. Pas di kulkasku ada ikan tongkol abu-abu. Yang enak itu biasanya ikan berbadan besar. Ikan kue, bandeng, ikan kakap, juga bisa.
- Sereh 2 batang
- Daun jeruk 6 lembar
- Daun salam 3 lembar
- Cabe rawit 15 biji, buang pangkalnya. Tidak digiling. Nanti dimasukkan utuh.
- Minyak sayur secukupnya untuk menumis.
- Air 600 ml
- Daun Kemangi 2 ikat
- Nenas yang hampir matang, sudah dikupas, dan buang tulangnya, 100 gram.
- Usahakan nenas yang ada asem asemnya jadi kuah pindangnya segar.
- Garam secukupnya
- Gula (Aku skip).
Bumbu
Halus:
- Bawang merah agak besar 5 biji.
- Bawang Putih 1
- Jahe 1 ruas.
- Kunyit 1 ruas
- Cabe keriting 7 biji
Cara
Buat:
- Giling bumbu halus, tumis dengan sedikit minyak. Masak dengan api sedang.
- Setelah tercium wangi, beri air.
- Tunggu lagi sampai air mendidih, baru masukkan ikan.
- Perhatikan ketinggian air dengan ikan. Jika ikan belum terendam, maka air tambah lagi.
- Setelah mendidih, masukkan kemangi dan nenas. Masak sebentar saja. Jangan terlalu layu.
- Pindang kuah segar selesai siap dihidangkan.
Ada satu kisah lucu waktu aku perdana masak pindang. Sudah pukul sebelas
siang. Kebiasaan suamiku tiap makan siang ya dirumah karena jarak ke kantor
dekat.
Bumbu sudah disiapkan semua sudah bersih, eh mati lampu. Kan tidak mungkin ganti menu. Dengan kekuatan ilmu kepepet, aku jadi kuwat giling semua bumbu pakai ulekan. Ngulek 10 menit berasa kardio setengah jam, keringat sebiji jagung meleleh-leleh di dahi plus tangan panas.
Pas suami makan, katanya. “Enak sekali pindang buatanmu, Dek. Kalah yang di resto.”
Seminggu
kemudian aku buat pindang lagi. Tapi katanya, “Kok ga seenak yang Minggu lalu,
ya?”
Ya
kujawablah kan. “Minggu lalu Bang. Kan mati lampu. Jadi bumbu ku ulek. Nah hari
ini kan listrik menyala. Jadi bumbunya aku blender.”
“Ooo.”
cuma itu jawabannya. Untunglah saat pindang tersaji di Minggu kedua, suamiku
makan lahap. Soalnya dia lapar. Kali ini katanya, tetap enak, xixixi.
Di kemudian hari malah si sulung kami juga ikutan suka pindang. Alhamdulillah. Ibu Ibu itu ya, biarpun capek masak tapi sekeluarga makannya lahap, capeknya hilang. Ya kan?