Tips Aman Motoran Setiap Hari untuk Ibu dan Anak

in , by Rizka Amita Ridwan, September 08, 2021

 




Membaca berita di detik, angka pengguna kendaraan roda dua alias sepeda motor di Indonesia, lebih dari seratus juta unit motor. Angka ini tidak aneh, mengingat jumlah penduduk Indonesia per 2019, sudah 260 juta orang. Belum angka di tahun 2020. Apalagi kalau satu keluarga punya dua unit sepeda motor.

Karena kemudahannya, sepeda motor menjadi pilihan mayoritas sebagai transportasi utama. Jika orang dewasa naik motor, itu biasa. Yang tak biasa adalah, kita jumpai pengguna sepeda motor, membawa anak diboncengan, tanpa alat pengaman. Bayi dibawah setahun, masih bisa dibawa pakai kain gendong. Tapi bayi di atas setahun yang sudah bisa duduk, tak aman lagi digendong saat berkendara. Apalagi ibunya sendiri yang bawa motor, dan tak ada pendamping. 

Yang lebih ngenes,  si bayi tadi, hanya didudukkan di depan/belakang, tanpa alat pengaman, bahkan sekedar jarik. Misalnya sesebapak atau seseibu bernama A bawa motor tanpa pengaman. Tangan kirinya pegang perut bayi, tangan kanannya pegang gas motor. Pemandangan seperti ini yang buat orang elus dada. Yang bawa anak naik motor siapa, yang jantungan takut anak orang jatuh, siapa.

Lalu apa solusi supaya anak diatas setahun yang badannya sudah berat, dibawa berkendara secara aman? Disini aku ingin menawarkan satu solusi. Yaitu menggunakan kursi bonceng motor. Apa aku jualan kursi bonceng motor? Tidak. Ketepatan aku pengguna lama kursi bonceng selama tujuh tahun, dan telah merasa manfaatnya. Jika nanti pembaca ada yang ingin beli, bisa hubungi seller terdekat ya.

Sebelum membahas lebih jauh, yang perlu diingat, kursi bonceng motor tidak direkomendasikan untuk membawa anak jarak jauh. Penggunaannya lebih disarankan untuk jarak dekat dan dalam kota. 

Apa saja bentuk kursi bonceng yang ada di pasar? Selanjutnya kita ringkas kursi bonceng ini menjadi kurbon.

1. Bentuk rotan
Kurbon bentuk rotan ini ditaruh di depan. Kurbon rotan kurang kokoh, tidak safety. Kurbon rotan bisa dipakai untuk jarak dekat. Sayangnya jika motor oleng, kurbon juga mudah lepas dari motor. Yang bahaya ke anak, anak bisa saja lepas dari kurbon, lalu tertimpa motor. Pemilihan kurbon selain aspek harga, sebaiknya mempertimbangkan keamanan, apakah kurbon melekat ke motor, apakah kurbon ada sabuk atau tidak. Range harga 80-120 ribu.

2. Bentuk Sabuk 
Kurbon bentuk Sabuk lebih safety. Anak bisa ditaruh didepan atau dibelakang pengemudi. Bentuknya yang mirip rompi, memungkinkan badan anak menempel ke badan pengemudi. Jadi kalau anak mengantuk, anak tidak jatuh. Range harga 90-150 an.

3. Kurbon bahan besi
Kurbon bahan besi ini, ada yang didepan ada juga yang dibelakang. Untuk yang didepan lebih hemat tempat karena bisa lepas lipat. Kalau merek variatif ya. Untuk yang dibelakang sedikit repot, karena tak bisa dilipat. Walau begitu, setelah menimbang banyak hal, kami pilih  kursi bonceng yang dibelakang. Pilihan ini didapat setelah tanya Mas Gugel. 
Rangka besi tebal, lapisan krom anti karat tahan air, ada belt penguncinya, ada bantal punggungnya juga. Kursi yang kita pilih bisa sebatas leher atau sampai atas kepala, tergantung umur anak.  Sekitar 6 tahun lalu harganya 300. Pernah juga 3 tahun lalu beli yang kedua seharga enamratus. Harga yang lumayan untuk kami tapi demi keamanan, worthed lah harga itu. Pertama punya kurbon kuingat, mesti nunggu gajian baru terbeli. 

Oh ya teman, kami pernah tabrakan. Saat itu penumpang motor adalah aku dan si bungsu. Alhamdulillah si bungsu yang terikat di kurbonnya, aman. Hanya kurbonnya saja yang penyok. Alhamdulillah juga posisi anak dan kurbon di belakangku.  Andai tak ada kursi bonceng, bisa jadi anakku yang kena. Astaghfirullah. Jadi kami sangat beruntung dengan keberadaan kurbon ini.

4. Kurbon jok
Kenapa disebut jok? Karena kursi jenis ini tinggal ditempel ke depan motor, range harga 50-100an. Kursi ini bisa dipakai anak yang sudah mantap duduk tanpa bantuan. Untuk balita yang duduknya belum stabil, lebih baik pakai kurbon yang ada sandaran dan sabuknya.

Lalu di antara empat jenis kursi bonceng di atas, yang mana yang paling bagus? Semua bagus, tapi sesuaikan dengan kondisi masing masing. Versi kami belum tentu sama dengan yang lain. Pakai kurbon apapun masih lebih baik daripada cuek tanpa apapun. 

Oh ya, ada peraturan penggunaan sepeda motor menurut UU nomor 22 tahun 2009 pasal 106 ayat 9, yang bunyinya : Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tanpa kereta samping dilarang membawa penumpang lebih dari 1 (satu) orang. 

Jika masih nekat juga melanggar, maka sanksinya pun sudah dituangkan dalam Undang-Undang 22/2009 pasal 292 yang berbunyi:
Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tanpa kereta samping yang mengangkut penumpang lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (9) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Tapi Pak Polisi tetap punya empati kok, misal kita kemana mana naik motor bawa anak. Jika kita bawa anak dengan safety, itu tak akan ditegur. Tapi kalau kita berkendara bawa anak lalu anak didudukkan begitu saja tanpa pengaman, ini akan ditegur. Katanya anak nomor satu ya kan? Maka perhatikan keselamatan anak. Jangan nanti, sudah kejadian tabrakan atau anak jatuh dari motor, baru sadar. Sadar yang terlambat.

Lalu bagaimana kalau belum punya kursi bonceng? Tak perlu memaksa. Punya jarik kan? Itu bisa diikat ke badan anak. 

Tapi hari ini situasinya sulit. Mau tak mau anak dibawa. Karena itu kita selaku pengendara motor, harus lebih siap jika terpaksa. Apa saja persiapan itu?

1. Balik ke UU no 22 tahun 2009 tadi. Bahwa motor hanya bisa dinaiki dua penumpang.  Jadi membawa balita berkendara, perlu berhitung jumlah penumpang dan keamanannya. Perlu juga dihitung jarak tempuh dan kemacetan jalan.

2. Tidak menaruh balita di depan pengemudi motor, untuk perjalanan jarak jauh. 
Sering kita lihat, balita duduk di jok terdepan saat ayah/ibunya mengendarai motor.  Kalau cuma jarak dekat boleh saja. Tapi big NO kalau jarak jauh. Belum debu, angin, dan resiko kecelakaan. Kadang balita tanpa kursi bonceng hanya sekenanya duduk di depan. Kalau balita tadi ngantuk, apa jadinya?

3. Tidak membawa lebih dari dua penumpang motor untuk perjalanan jarak jauh
Siapa yang disebut penumpang? Penumpang adalah selain pengemudi. Jika yang naik sepeda motor adalah ayah, ibu, dan anak dibawah satu tahun yang masih bisa digendong, itu aman. Tapi jika yang naik motor adalah ayah, ibu, dan anak dua, dimana satu anak ditaruh didepan, untuk jarak jauh, maka ini bahaya. Tak cuma bagi pengendara motor sendiri, tapi juga pengendara  lain semisal motor, mobil, dan truk. Motor dengan penumpang berlebih dipaksa jalan jauh. Ujung ujungnya...tabrakan. Astaghfirullah.

4. Jika punya anak lebih dari dua, maka ada lebih dari empat penumpang motor, yuk pertimbangkan untuk sebagian naik bus . Misalnya ibu dan bayi naik kendaraan umum, Ayah dan dua anak naik motor. Atau sekalian semua naik bus. Itupun tergantung keurgenan urusan jika semua hendak mudik naik bus.

Misalnya kerabat di kampung nikah. Kategori kerabat  itu siapa? Adek, Kakak, bibi, tetangga, atau Neneknya tetangga mau nikah lagi, lalu kita diundang tapi mau hemat, jadi naik motor dua jam. Pertimbangkan keurgenannya untuk bawa balita naik motor terlebih di situasi pandemi. Sedarurat apapun keperluan bersepeda motor, tetap keselamatan anak nomor satu.

Sekian dulu tulisan dariku, emak dua anak yang sering gemes liat balita dibonceng seadanya.


Bekasi, 23 September 2020
Rizka Amita, Penulis Buku Yes, You Can (Ready harga 50k aja. Bisa dari sopi).
Diary ASI Ibu Baru dan Perjuangan Menghadapi Babyblues.

SHARE 0 comments

Add your comment

Terimakasih telah singgah di rumahami. Mohon tidak meninggalkan link di kolom komentar. Admin menerima endorse dan kerjasama.

© Tempat Lihat Suka Suka · Designed by Sahabat Hosting