Bismillah.
Hari Minggu kemarin, aku libur masak. Jadi siangnya kami keluar ke sekitar rumah untuk makan siang. Ada aku, suamiku, dan anak-anak. Saat mobil kami melaju, si sulung (selanjutnya aku sebut Kakak), mengajukan pertanyaan. Anak kami ada dua. Si Kakak, perempuan umur duabelas tahun. Dan Adeknya laki-laki umur delapan tahun.
“Bunda.
Aku ini kan gak seperti Bunda? Aku suka pakai celana panjang, aku suka olahraga
taekwando, aku juga suka lari-lari. Aku tomboi kan Bun?” tanya si Kakak yang
duduk di sampingku. Di depan, suamiku menyetir mobil. Dan disebelah suamiku,
duduk anak kedua kami.
“Enggak.”
Jawabku.
“Lho
kok Bunda bilang begitu? Lihat aja sekarang. Bunda suka pake rok, sedangkan aku
suka pakai celana panjang.” Dia heran dengan jawabanku.
“Suka pakai celana panjang, gakpapa yang penting atasannya selutut. Suka olahraga bela diri, itu bagus. Suka lari-lari juga gakpapa, itu sehat. Kita ini perempuan jadi ya tetap berpakaian dan bertindak sebagai perempuan. Ga perlu jadi tomboi." jawabku. Ya Allah, aku sendiri terkejut dengan jawabanku, kok bisa aku sebijak itu, xixixi. Mestilah ini karena aku libur masak, ahaha!
Pembicaraan yang kemarin itu masih ad di pikiranku. Kenapa? Usia anakku yang ABG ini memang usia mencari jati diri. Usia dimana tampak luar juga menambah percaya diri untuk bergaul. Usia dimana mereka ingin punya ciri khas berbeda dari orang lain. Menjadi tomboi adalah salah satu pilihan. Karena dengan menjadi tomboi, tak perlu berias, tak perlu rapi, seperti anggapan kecantikan umum. Dan yang paling penting, menjadi tomboi itu gak ribet dengan pernak pernik segambreng kaum hawa.
Lalu apa defenisi tomboi?
Menurut KBBI, tomboi adalah : Sifat atau tipe aktif, penuh petualangan dan sebagainya anak laki-laki; sifat kelaki-lakian (tentang anak perempuan);
Jadi, ini tentang anak perempuan yang
bertingkah seperti laki-laki. Bisa dari cara berpakaian, cara bicara, atau
hobi.
Di zaman sekarang, kata tomboi bisa saja berarti luas. Tak cuma
perempuan yang bertingkah mirip lelaki, tapi bisa berkembang menjadi, perempuan
yang suka perempuan. Naudzubillah. Apalagi ada semacam anggapan bahwa yang cantik
itu adalah yang berhias habis-habisan, yang langsing. Membuat remaja yang biasa-biasa
saja, memilih jadi tomboi.
In My Humble Opinion, anak perempuan yang bertindak seperti laki laki, entah itu salah satu atau ketiganya dari defenisi KBBI di atas, tidak serta merta membuat dia jadi laki-laki. Kita selaku orangtua sebaiknya mengarahkan anak untuk tetap berlaku sebagai perempuan, walau dia punya hobi misalnya, bela diri, atau panjat gunung. Anak perempuan dengan keberanian lebih, kadang menganggap dirinya tomboi juga.
Mari kita jelaskan ke anak, hobinya, sifatnya itu,
juga dipunya Sahabiyah.
Ada Khadijah binti Khuwailid, wanita terkasih Nabi Muhammad SAW yang berprofesi sebagai pedagang. Ada Aisyah binti Abu Bakar. Ada Fatimah sang Putri Nabi SAW. Wanita-wanita yang ada di sekitar Baginda Rasul SAW, adalah wanita pemberani. Berani itu juga sifat wanita, bukan cuma sifat lelaki.
Ada Nusaibah binti Ka’ab, yang melindungi Nabi di perang Uhud. Ada Khaulah binti Azur, muslimah yang sejak kecil gemar bermain tombak dan pedang.
Di Tanah Air, ada nama Laksana Malahayati, panglima perang yang mahir perang dan jago negosiasi. Ada nama Cut Nyak Dien, wanita yang turun langsung dalam perang. Ada juga nama Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah, tokoh pendidikan yang mempertahankan Sekolah Diniyah Putri di Padang Panjang.
Jadi, ada banyak contoh nyata yang bisa dilihat anak-anak kita,
bahwa perempuan dengan sifat berani, logis, punya kemampuan bela diri, lincah kesana kemari, bahkan memimpin
pasukan, adalah tetap perempuan, tanpa harus berpikir bahwa dia punya sifat seperti
laki laki.
Dia tetap perempuan, tetap bisa berkembang sesuai cita-cita positifnya
sambil menjaga diri, tanpa harus jadi laki-laki. Karena menjadi pemberani yang bisa menjaga diri, adalah tabiat wanita yang sudah Allah ciptakan. Berani itu sifat semua orang baik perempuan atau laki-laki.
Ini opini dari ibu dua anak yang masih perlu banyak belajar. Bagiku,
perlu untuk mengenalkan anak perempuan, wanita-wanita solehah yang bisa menjadi
acuannya. Dan itu adalah tokoh nyata, bukan
khayalan. Menjadi setuju atau tidak kembali ke pilihan pribadi masing-masing.