Tips Belajar Baking untuk Pemula

in , by Rizka Amita Ridwan, Januari 26, 2022

 





















Cerita ini berawal dari masa pandemi. Waktu itu semua belajar online dan WFH. Seharian berada di rumah, membuat mulut selalu mencari makanan. Mulai dari anak, suami, sampai akupun melakukan hal yang sama, ngemil. Jadi jangan heran kalau timbangan kami pada nganan (Tapi ku bersyukur karena tidak cuma aku yang nganan, xixixi.)

Anak anakku tiap sebentar tanya ke aku. “Bun. Ada kue? Bun, masak apa hari ini? Aku makan ya?”

Aku masih sempat masak. Tapi tidak sempat buat cemilan. Akupun berinisiatif untuk pesan makanan online. Sebagai emak emak doyan diskon, aku cari makanan yang besar, enak, dan murah, di aplikasi babang kurir.

Ada sih, yang besar dan murah. Tapi pas dirasa kok ga enak? Ada juga yang enak, tapi mahal. Di bagian ini memang aku lagi ngayal. Padahal mah aku tahu ada harga ada rasa. 

Masalahnya lagi di daerah rumah kami tidak ada warung. Kalau mau beli cemilan, harus pakai jilbab, kaos kaki, naik motor, plus bawa pasTukan yang suka siaga kalau emaknya rapi, mintak ikut.

Perpaduan dari beberapa hal di atas, membuatku ingin bisa buat kue, atau baking. 

Di zaman sekarang namanya belajar buat kue itu, asal mau, banyak tutorialnya ya kan? Banyak resep masak memasak. Tinggal cari saja, misalnya. Resep bolu mudah tanpa telur. Resep donat anti gagal.  Langsung itu resep dari yang termudah sampai tersulit, muncul di layar HP. 

Sebagai Ibu masa kini, tentu aku cari yang termudah. Keterlaluan kalau aku cari yang tersulit. Seperti bukan diriku, wkwkwk. Jangankan resep masak memasak. Resep disayang suami pun ada di YouTube. Uhui!

Dulu waktu anakku masih kecil, aku sempat bernazar, tidak akan mau belajar buat kue. Bisa masak tiap hari saja sudah Alhamdulillah, Tapi memasuki pandemi, keinginan untuk bisa buat kue itu, menggelora! Apalagi lihat anak yang bolak balek makan dan lihat harga kue, plus rumah jauh dari pasar.

Sampai hari ini statusku masih jago kandang. Pernah sih aku open order, tapi tidak laku. Karena akulah di antara teman temanku yang terakhir bisa baking. Orang lain udah duluan, aku terakhir. Mau ketawa takut yang lain juga ketawa.

Jadi, apa saja tips bagi pemula jika ingin bisa baking dari rumah? Ini aku uraikan satu persatu ya? 

1. Niat

Niat itu paling menentukan. Niat kita belajar baking, misalnya, ingin menyediakan cemilan sehat untuk keluarga. Ingin menghemat pengeluaran tapi tetap bisa ngemil enak. Ingin makan enak bisa tambah tanpa mikir.


2. Mulai dengan Bismillah

Pekerjaan apapun mesti dimulai dengan doa ya kan? Niat kita sudah baik. Tinggal selanjutnya kita berdoa supaya dimampukan dari segi waktu, motivasi, dan dana, untuk menyelesaikan pembuatan cemilan ini. 


3. Carilah resep anti gagal.

Coba searching di Yutub, resep anti gagal. Biasanya resep dengan judul ini, lebih gampang. Tapi tak selalu ya.


4. Alat sederhana

Waktu awal awal belajar baking, aku sempat searching apa saja alat baking yang cocok untuk pemula. Apakah oven listrik, oven gas, atau oven tangkring yang selanjutnya kita sebut otang.

Dengar dengar katanya, pakai otang, susah. Harus pakai feeling.  Lihat lihat, oven listrik walaupun waktunya udah di set, tetap bisa hangus. Kalau oven gas, tidak direkomendasikan untuk pemula. Karena oven gas muatannya besar. Gak cocok untuk pemula. Ada memang oven gas minimalis, tapi tetap harus pakai feel juga supaya mengerti ovennya. kalau kata mentor di grup yang aku ikuti, apapun jenis ovennya, kita harus sering-sering latihan supaya kenal oven. 

Searching lagi, akhirnya pilihan jatuh ke oven sejuta umat, otang Bima. Kenapa pilihanku jatuh ke oven sejuta umat, ini? Aku kasitahu ya.


5. Keunggulan Otang

- Pakai kompor, tidak butuh daya banyak.

- Mau baking tengah malam juga bisa. 

- Biasanya lebih murah dibanding oven gas atau listrik.

- Tersedia beragam model dan warna.

-Worthed untuk pemula yang ingin melatih feel bakingnya.


6. Kelemahan Otang

- Tak bisa ditinggal tidur

- Tak bisa ditinggal scrolling dunia Maya.

- Harus sering sering dipakai supaya kenal oven.

- Kadang panasnya tidak rata jadi loyang kue harus sesekali diputar atau                    dipindah.


7. Handmixer

Namanya emak-emak, dia bisa cuek kalau lihat baju. Tapi belum tentu tahan  lihat alat masak. Nah....apalagi bagi pemula. Untuk pemula, cukup daily Use.   Kapasitas 250 gram tepung atau 500 gr adonan, sudah bagus untuk pemula. Mixer daily use malah bisa dipakai untuk 500 kg tepung atau 1 kg adonan, asal tahu triknya. Merek bebas ya.


8. Printilan Baking 

Selain oven dan mixer, ada printilan lain yang juga perlu. Misalnya rolling pin, gelas ukur, termometer oven,  dan baking Mat. Lagi, pilihlah dengan harga yang terjangkau di kantong kita. Tidak perlu alat yang mahal kalau kita baking jarang-jarang ya kan? 


9. Tak punya oven, tak masalah.

Varian cara masak cemilan itu beragam. Ada yang digoreng, ada yang dikukus. Coba deh search di yutub, Ibu ibu malah bisa baking pake wajan dan panci seadanya. Pakai kaleng bekas biskuit juga bisa panggang bolu? Ada sayang, ada!  


10. Segera.

Ini adalah bagian terpenting dari baking. Untuk masak saja kita butuh niat ya kan? Untuk baking juga. Awal awal mau beli oven sejuta umat, aku sempat tanya ke kakakku yang lebih dulu bisa baking. Apa hal penting supaya rajin buat baking. Ternyata jawabannya simpel.  

“Baking itu, selain niat, juga harus langsung dikerjakan. Misalnya, si anak minta dibuatkan brownies panggang yang super nyoklat, ya langsung dikerjakan hari itu, atau kalau mundur, ya paling lama dua hari. Lebih dari dua hari beresiko tak jadi jadi.”

Hmm...aku tersipu malu. Kok sarannya kena banget ke aku. Jangankan buat bolu coklat, bikin puding sachetan saja aku mengulur waktu. 

Tapi kalau Mom tak sempat buat, bolehlah Mom japri itu penulis artikel ini, bisa lho dia buatkan, ada nomor telponnya, xixi.


11. Bahan

Bahan bahan kue itu, ada yang murah. Ada yang sedang, ada yang mahal.  Kalau memang dana terbatas dan untuk makan sendiri, yuk kita pelajari merek apa saja yang sesuai dengan kantong kita. Bisa juga tanya di grup baking, merek apa yang harganya terjangkau tapi enak. Toko kue apa yang ada dekat. Harga itu biasanya sejalan dengan rasa. Jangan tergiur harga murah. Tapi kalau mau coba sesekali juga bisa supaya kita tahu bedanya.


12. Bandingkan

Setiap hendak bebikinan, aku selalu membandingkan antara buat sendiri dan beli, mana yang lebih realistis.

Misalnya membuat bolu pisang. Karena bahan bahannya ada dirumah dan buatnya cepat (sekitar tigapuluh menit), aku buat sendiri. Tapi kalau ingin risol, ngerjainnya lama, rasa belum tentu enak, ya sudah aku beli saja. Kebetulan ada tetangga yang jualan risol tiap hari dengan harga terjangkau. Ya aku beli ke dia. Dan kemarin, kue Ultah. Karena aku tidak bisa buat kue ultah, ya pesan ke toko dekat rumah yang sudah ada label halalnya. Sekalian meramaikan dagangan teman ya kan?

Tapi ada juga, pengerjaannya lama, tetap aku buat sendiri dibantu anak anak. Misalnya buat siomay. Ada yang enak, tapi anak anak ga cukup kalau makan seporsi. Akhirnya buat sendiri. Walaupun kadang muka anak anak cemberut pas disuruh bantu, It’s Ok. Melatih kesabaran mereka juga. 


12. Kursus Online

Zaman sekarang ada banyak sekali kursus online. Dengan keterbatasan waktu emak emak tetap bisa belajar pada master kue tanpa keluar rumah. Ada yang gratis, ada juga berbayar. Bisa saja belajar sendiri tapi kita harus bolak balik trial. 

Kalau kursus online, biasanya mentornya kasih tips dan trik. Tetap ya, kursus online tidak menjamin kita langsung pintar bebikinan. Tetap harus trial error ya. Mentor sehebat apapun kalau kita malas trial, kapan bisanya? Poin ini tidak mengharuskan kita kursus online. Kita sendiri yang memilih, kita sendiri yang tahu kemampuan kita, perlu atau tidaknya. Tapi kalau sudah bolak balik trial dan gagal terus, hayuk kursus online,


Ok. Sampai disini tips baking dari aku. Semoga bermanfaat ya. Teman-teman punya pengalaman yang sama? Sharing yuuk !

Sumber foto: Koleksi Pribadi

 

Alhamdulillah pergantian tahun kali ini kami berkesempatan mudik ke Medan. Selama di kota Medan, kami juga mengunjungi Kampung Kelantan, desa yang terletak di kabupaten Langkat, Kecamatan Brandan Barat.

Desa ini unik,   karena kita harus menyeberang laut untuk sampai ke sana. Terletak di pinggir laut,  sebagian besar penduduknya adalah nelayan.

Ternyata daerah dengan nama Kampung Kelantan ini, tak cuma ada di provinsi Sumatera Utara. Daerah dengan nama sama, ada juga di Malaysia.   Semisal Kelantan, dan Perlis. Tidak hanya itu, masyarakatnya juga berdialek sama.

Tipologi pelaut itu tangguh. Jika air yang berombak saja dia bisa lalui, apalagi daratan yang datar, kan? Jadi jangan heran kalau nanti anak-anak yang tumbuh di sekitar laut, apapun profesinya, juga tangguh. Beberapa yang kukenal, termasuk suamiku sendiri yang besar di dekat laut, Alhamdulillah adalah orang yang selalu berjuang untuk cita-citanya.

Di Kampung Kelantan, ada sebuah musholla bernama Al Hasanah. Memulai perjalanan menuju mushola Al Hasanah, kami harus menaiki sampan untuk menyeberang laut. Ongkos naik sampan,  dua ribu lima ratus rupiah per orang. Tapi kami ramai. Ada delapan orang terdiri dari empat dewasa dan empat anak, maka kami menyewa sampan untuk pulang balik, dengan tarif enam puluh ribu rupiah. Tak jauh dari pinggir laut, naik sampan  sekitar duapuluh menit sudah sampai tujuan. Itupun sudah pakai acara selfie.

Begitu sampai dipinggir laut, aku berdebar. Secara, aku tidak bisa berenang. Di sampan itu, dari delapan orang penumpang, hanya aku dan seorang balita, yang tak bisa berenang. Berdebar rasa hati.   Mana dari sampan, harus naik tangga lagi ke daratan. Tangganya kecil. Dulu aku suka meremehkan kalau ada yang bilang tak berani naik sampan. ternyata begini rasanya. Memang uji nyali. Jadi pelajaran supaya tidak ngebully orang, wkwkwk.

Akhirnya curhatlah aku ke bapak pengayuh sampan. Eh kata sesebapak. “Tenang Bu. Itu yang semua lagi duduk-duduk di pinggir, akan menolong Ibu kalau sampai Ibu kecebur.”

Kulirik orang-orang yang sedang duduk di pinggir laut. Ada yang melihat HP. Ada yang sedang merokok diiringi angin sepoi-sepoi. Ada yang lagi mengobrol. Mereka sedang bersantai. Me time kalau istilah Emak Milenial. Kasihan juga kalau me time mereka terganggu.

Akhirnya kulirik Ayang Beb alias bapaknya anak anak. Kusuruh dia naik duluan ke daratan. Lalu dia tarik aku dari sampan ke tangga atas. Kutatap dia dengan mata gombal penuh kode dan hidung naik sebelah plus mata gerak ke kanan ke kiri. Aku seolah berkata, “Pegang Aku erat ya Bang. Kalok sampai basah bajuku, tidur di teras aja Abang sama Meong. Jangan kalau shopping aja Abang genggam tanganku kencang.”

Suamiku sepertinya mengerti. Digenggamnya  tanganku sambil mengelus dada. Ahahaha!

Setelah kami semua  tiba di daratan Kampung Kelantan, Bapak Sampan menunggu.  Hari sudah Magrib, sekalian kami sholat di kampung Kelantan. Menuju mushola, kami menutup jalan kecil yang di kanannya, ada rumah warga. Tak banyak warga di sana. Ada tigapuluhan rumah, Di belakang ada rawa. Seorang bapak tua menegur kami ramah.

“Ada telekung Kalian?” tanya bapak itu.

“Enggak ada, Pak,” jawabku. Di Sumatera Utara, telekung artinya mukena.

Itulah perempuan ya kan? Bawa lipstik ingat. Giliran mukena, lupa. Tepok jidat ah!

“Perlu berapa? Satu atau dua?” tanya Bapak itu lagi.

“Satu saja, Pak.” jawab Kakakku.

“Sebentar Saya ambil ke rumah ya?” Bapak itu pun ke rumahnya yang dekat dari Mushola.

“Ya Pak. Terima kasih."

Alhamdulillah akhirnya kami bisa sholat dengan mukena secara bergantian.

Memang cocok kami ke sana sore hari.   Kami bisa kenalan dengan warga sekitar. Melihat mereka mengupas kepiting rebus dan memisah daging dari cangkang. Kami juga menikmati suasana laut senja hari. Sempat aku bertanya ke Bapak pengayuh sampan. Apa di sini ada sekolah? katanya ada. 

Konon, kampung Kelantan ini, berpasangan dengan Kampung Perlis, juga masih di Brandan, adalah Malaysia kecil. Tapi ada juga yang menyebut, Perlis itu, ya  Kampung Kelantan ini. 

Nah, satu kenyataan yang menarik adalah, kata Ibu mertua yang dari kecil sudah tinggal di Brandan, Kampung Kelantan sudah ada sejak Ibu kecil. Jadi yang tinggal di sana, sudah turun-temurun.

Alhamdulillah mudik kali ini bisa mengunjungi tempat-tempat baru. Buat teman-teman di daerah Sumatra yang ingin merasakan naik sampan, melihat sunset, sekaligus datang mushola Al Hasanah yang indah, bisa datang ke Kampung Kelantan. Beribadahnya dapat. Wisatanya dapat. 

Ternyata berwisata tak perlu jauh-jauh. Mungkin teman-teman juga ada objek wisata dekat rumah? Cerita yuk!

© Tempat Lihat Suka Suka · Designed by Sahabat Hosting