Sembilan Alasan Kenapa Perempuan Harus Bisa Masak

in , by Rizka Amita Ridwan, Mei 20, 2023

Kata -kata ini adalah nasehat dari seorang ibu ke anaknya. Singkat cerita, aku bertemu dengan si ibu di satu tempat yang terletak di luar pulau Sumatera. Saat itu aku melamar kerja ke sebuah harian.

Nah, apa yang jadi isi nasehat ke anaknya itu, dia ceritakan lagi kepadaku. Aku tidak menyebut suku ya. Khawatir jadi bias.

Aku baru tahu kalau si ibu adalah orang tua dari bapak pemred. Dia menunggu di lobi kantor karena ada janji dengan anaknya. Sementara aku menunggu di lobi karena ada wawancara kerja.


Menurut si ibu, makanan orang Medan itu berbumbu dan enak. Tetapi anaknya tidak bisa masak. Masalah terselesaikan karena anaknya menikah dengan orang yang menerima keadaan itu.

Lalu aku cerita pada si Ibu kalau aku orang Medan dan bersuamikan orang Medan juga. Ibu itu langsung bertanya, "Kau bisa masak?"

Aku terkejut. Tetapi aku jawab, "Masih belajar, Bu," Walau sebenarnya aku panas dingin mengingat momen berapa kali masak masih jauh dari harapan.


A. Alasan Kenapa Aku Belajar Masak.

Dulu awal menikah, aku mengikuti suamiku kerja ke kota lain. Saat itu aku belum bisa masak. Karena masih pengantin baru, suamiku oke saja. Tidak bisa masak bukan masalah. Tinggal beli. Atau pesan katering bulanan.

Enam bulan kemudian aku hamil anak pertama. Lalu aku sadar kalau makanan yang dibeli itu ternyata tidak murah. Sarapan Rp 20.000,-. Makan siang Rp 100.000,-. Dan makan malam Rp 100.000,-. Total Rp 220.000,- sehari untuk makan. Di titik inilah aku mulai belajar masak, karena masak sendiri lebih hemat. Belum kalau beli makanan harus keluar rumah, perlu waktu, dan rasanya tidak cocok.

Maka mulailah diri ini bertransformasi dari wanita yang tak bisa bedakan mana merica mana ketumbar, menjadi bisa memasak. Walau statusku hanya masak di rumah, setidaknya bisa menyajikan menu sehat sesuai lidah kami.

Kembali ke topik utama. Sebagian orang berpendapat bahwa makanan suku tertentu memang enak. Tetapi masakan yang enak butuh usaha lebih. Butuh modal dan waktu lebih. Di tengah situasi mudahnya membeli makanan, apakah perempuan harus bisa masak? Mari kita bahas lagi.


B. Salah Kaprah Seputar Memasak

Apa saja salah kaprah seputar keahlian memasak? Mari kita bahas satu persatu.

  1. Perempuan harus bisa masak sedari gadis,

Sebelum menikah, hanya sedikit perempuan yang bisa masak. Ada tipe perempuan yang di rumah, tugasnya cukup belajar.

Urusan rumah diserahkan ke ART. Khusus masak semua di-handle Ibu.

Kalau aku, kebetulan waktu gadis hobinya beberes. Masak adalah satu hal kegiatan yang aku coret dari daftar hobi. Soalnya ya tadi, merica dan ketumbar saja aku tak bisa bedakan. Mana Jahe mana laos aku bingung. Jadi lebih baik aku jauh jauh dari kompor.

Perempuan tidak harus bisa masak sejak gadis. Toh Tuhan menciptakan perempuan dengan aneka bakat.

Tetapi bisa masak sedari gadis adalah bonus.


  1. Semua Bumbu Harus Racik Sendiri,

Orang-orang berpikir bahwa masakan harus bersantan dengan bumbu racikan sendiri supaya enak. Padahal kata 'bisa masak' tidak harus dengan menu yang sulit. 

Sekarang banyak sekali resep sederhana yang bisa dimasak setiap hari di rumah. Ada juga bumbu instan.

Tinggal dicari yang sesuai lidah. Harga biasanya menentukan rasa.


  1. Tidak perlu bisa masak. Yang penting bisa beli.

Beberapa orang ditakdirkan tajir sehingga dia bisa beli makanan online kapanpun dimanapun. Apalagi kalau kebiasaan itu diposting ke media sosial lalu menjadi contoh bagi orang yang pas-pasan. Bisa hancur rumah tangga follower-nya.

Mari perhatikan lebih teliti.

Istri- istri kaya memang tidak turun ke dapur. Tapi mereka punya koki sendiri. Jadi mereka tidak selalu beli.

Lagipula, keluarga dengan satu anak sudah tidak bisa sering beli. Karena biaya hidup mahal.

Jadi mau tidak mau, minimal kita harus bisa masak menu sederhana yang ada lauk dan sayurnya.


  1. Harus bumbu ulek

Waktu awal-awal belajar masak, sering sekali aku mendengar kalau mau masak enak pakai bumbu ulek. Aku belajar masak berbarengan dengan kehamilan yang hiperemesis atau mual parah. Dalam hati ingin banget mengulek bumbu apa daya blender juga yang bekerja.

Di kemudian hari kusadar kalau blender tidak tahu apa-apa. Selama takarannya pas, menggiling bumbu dengan blender akan menghasilkan makanan enak. Apalagi sekarang ada blender bumbu kering dan chopper yang tidak butuh air. Meracik bumbu lebih ringan. 


C. Sembilan Alasan Kenapa Perempuan Harus Bisa Masak.

  1. Masakan sendiri lebih sehat,

Ketika memasak, kita tahu     bahan apa saja yang dipakai. Kita juga tahu kebersihannya. Kita bisa mengolah bahan sesuai kebutuhan orang-orang yang memakannya.


  1. Makanan adalah obat hati,

Setelah lelah seharian, makanan adalah one of mood booster terbaik yang akan dikenang seumur hidup. Coba ingat-ingat. Makanan apa yang dimasak ibu atau istrimu yang kamu suka? 


  1. Makanan adalah kebutuhan pokok manusia,

Dari dahulu sampai sekarang,  makanan adalah kebutuhan pokok manusia. Bisa memasak berarti punya salah satu basic skill bertahan hidup. 


  1. Makanan adalah love language,

Ada orang yang love language-nya uang, sentuhan, ucapan, perhatian. Kita baru tahu pasti love language ini setelah menikah. Karena setelah menikahlah kita tahu tabiat asli suami/istri.



Kalau aku sebelum menikah tidak tahu suamiku sesuka itu sama masakan khas Indonesia. Aku coba menu umum tidak sesuai dengan lidahnya. 

Makan tiga kali sehari dengan menu yang           itu-itu saja membuatnya cemberut. Ternyata     bukan aku yang salah. Setelah bicara berdua, aku baru tahu kalau suamiku suka masakan kampung yang dimasak ibunya, dan ibuku. Mertua suku Melayu dan Ibuku suku Minang. Jadilah akhirnya aku belajar masakan dua suku itu langsung dari ibu dan mertua. Lalu buku resep yang sempat aku beli pun sudah tidak tahu kemana, xixixi.


  1. Masih adanya sistem patriarki di masyarakat.


  2. Sejatinya, memasak adalah keahlian yang harus dimiliki setiap orang baik laki-laki dan perempuan. Istri bisa memasak jika punya waktu untuk itu. Istri juga bisa memilih untuk beli jika disepakati bersama. 
    Aku pernah ada di posisi punya anak ASI, tidak sempat masak lalu memilih katering bulanan. Dan kembali masak sendiri setelah anak-anak lepas ASI.
    Masalahnya di masyarakat kita masih ada anggapan tugas lelaki hanya bekerja. Tugas wanita adalah beberes, masak, dan urus anak. Jadi, suka tidak suka, perempuan harus bisa masak walaupun masakan sederhana.

  1. Bisa memasak adalah kriteria calon istri.

  2. Ada wanita yang sejak gadis passion-nya memasak. Tetapi tak bisa diratakan. Bisa memasak adalah bonus. Kalaupun belum bisa tidak masalah, toh?
    Lagipula kemampuan memasak bisa dipelajari. Tidak harus jadi syarat utama. Toh perempuan juga tidak mensyaratkan mapan, sholeh, dan good looking sekalian dalam satu paket.

  3. Makanan membantu mencegah stunting.

Isu stunting menguat kembali di akhir tahun 2022.



Stunting adalah kondisi kurang gizi yang berlaku jangka panjang. Ada satu fenomena sedih yang terjadi akhir-akhir ini. Yaitu stunting tidak hanya terjadi di keluarga miskin. Tetapi stunting juga terjadi di keluarga berada. Setelah ditelusuri ternyata anak dari keluarga berada lebih sering makan junk food daripada real food. Misalnya anak lebih suka makanan olahan daripada makanan homemade.

Membentuk pola makan anak bukan hal mudah. Tetapi ini bisa diatasi dengan kerjasama suami istri. Dan itu dimulai dari memasak makanan sendiri. 


9. Memasak adalah kegiatan yang berpahala.


Mengurus anak dan suami tentu berpahala. Memastikan mereka sehat dan bisa beraktivitas membuat hati tenang.


"Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW:“Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251) dikatakan Abu Hurairah RA:


Memasak dikategorikan sebagai mentaati suami. Tetapi tidak sekaku itu.

Rasulullah SAW juga menjahit pakaiannya, memperbaiki sandalnya sendiri, dan mengerjakan segala apa yang layaknya suami lakukan di dalam rumah.


Masih banyak lagi alasan kenapa seorang perempuan harus bisa masak. Kita tidak harus mengolah makanan yang sulit. Makanan sederhana pun jika dimakan bersama keluarga sambil ngobrol, tetap enak.
















SHARE 21 comments

Add your comment

  1. baru-baru kemarin aku mulai belajar masak lagi setelah 5 bulanan nggak masak sama sekali karena adaptasi dengan bayi newborn. Aku lagi semangat banget mencari resep dan tutorial masak biar rasanya pas. Apalagi, bayik udh mau MPASI jadi mau ga mau kudu latian masak lagi, apalagi masak juga berpahala ya, mbak

    BalasHapus
  2. Yup benar. Cukup bisa masak... bukan berarti harus jago. Minimal bisa merecook resep2 yang betebaran yang ada. Meski tidak dipungkiri, masak juga sebenarnya melelahkan. Apalagi kalau sudah capek masak ternyata rasa tidak sesuai ekspektasi yg alhadil jadi gak enak dan kebuang. Huhu
    Penting mau bekajar masak. Gak harus jago masak kaya chef hehe

    BalasHapus
  3. Dulu saya nggak hobi dan nggak bisa memasak. Sekarang mulai hobi dan sudah bisa memasak berbagai hidangan. Memasak itu seperti menulis, perlu latihan dan jam terbang agar lebih mahir.

    BalasHapus
  4. Senyum-senyum sendiri saya membaca tulisan mba. Karena saya juga dulu begitu. Belajar masak harus telepon (dulu belum ada internet) ibu saya dulu, menanyakan apa-apa saja bumbu untuk masakan ini dan ini.

    BalasHapus
  5. Jadi keinget waktu jadi pasutri masih baru²nya, aku-nya yang gak bisa masak sama sekali, lalu suami mengajarinya. Hampir tiap hari suami memasak sehabis pulang dari kantor. Oooo kalau sekarang bisa lah masak tapi gak jago amat *eaaaa

    BalasHapus
  6. yg jelas, masak itu basic skills.
    mau laki atau cewek, semua kudu bs masak.
    berguna bgt skills ini

    BalasHapus
  7. Saya termasuk tim Mbak nih rasanya dulu. Lebih suka urusan beberes rumah dibanding masak. Menurut saya, masak itu sungguh butuh usaha. Mempersiapkan bumbu, aneka bahan, belum lagi hasilnya kadang ditolak juga oleh suami dan anak-anak, duh rasanya galau sekaligus kesal hahaha. Tapi semakin ke sini, saya pun mulai berdamai dengan dapur. Alhamdulillah pelan-pelan ternyata bisa menyesuaikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan kadang suami juga mesti realistis kalau kemampuan masak kita terbatas. Untuk makanan yang aku ga bisa buat kami tetap beli, xixixi.

      Hapus
  8. Memasak itu salah satu keterampilan hidup yg wajib dikuasai
    Baik untuk laki-laki maupun perempuan ya mbak

    BalasHapus
  9. Nah setuju dengan alasan pertama, aku sejak kecil diingatkan harus bisa masak soalnya kalo memasak sendiri kita tahu bahan apa saja yang dipakai terutama soal halalnya

    BalasHapus
  10. Aku dulu juga ngga bisa masak sii tapi emang berumah tangga jadi bikin semua serba kepepet jadi bisa wakkakaka. Apalagi kalau bikin bekel buat anak2. Aku pengen mereka ingat kalo ibunya yang masak hehe.

    BalasHapus
  11. Kadangkala, punya uang tapi gak ada yang dibeli, juga bisa menjadi alasan kenapa harus bisa masak, minimal ada bumbu dasar di dapur sehingga apapun ayng dimasak bisa dinikmati sekeluarga sehingga gak kelaparan. Lapar ini bahaya banget sih.. Banyak side effect yang buruk ketika lapar.

    BalasHapus
  12. Ya benar sekali.. tapi masih tertatih untuk bisa memasak dengan menyenangkan

    BalasHapus
  13. Perempuan memang identik sama dapur ya Mbak, dunia masak memasak, walau enggak mesti jago, tapi seengaknya bisalah bikin makanan yang cukup enak dan menyehatkan untuk keluarga, plus menyenangkan suami ya, jadi ladang pahala juga.

    BalasHapus
  14. Memasak itu salah satu skill hidup, jadi buat cowok atau cewek ya harus bisa masak, paling ga goreng telur la, karena orang tua kan ga selalu bisa menemani anak-anak
    Hal tersebut yang saya ajarkan ke anak-anak. Selain itu saya berusaha menciptakan suasana masak yang menyenangkan sehingga anak-anak suka masak

    BalasHapus
  15. Kalau di rumah justru suamiku yang lebih pintar masak meskipun begitu aku tetap berusaha belajar masak, karena tidak setiap hari lho suami masak melainkan ada momen tertentu atau saat weekend saja. Tapi yang terpenting masak sendiri itu jauh lebih hemat dan sehat.

    BalasHapus
  16. aku banget nih mbak, sebelum nikah gak bisa masak, dapet suami lebih suka masakan rumah jadi pengen belajar lebih buat masak, kayak punya feel sendiri kalau keluarga kecil lebih nyaman masakan ibu/istri hihi

    BalasHapus
  17. Aku pun setuju, masak itu ngga harus jago, minimal bisa menu2 sederhana untuk keluarga semisal telor dadar, nasi goreng, sayur bayem. Krn masakan rumahan tentu lebih menyehatkan, porsinya juga bisa diatur sesuai kebutuhan

    BalasHapus
  18. aku sebenarnya juga nggak terlalu suka masak tapi setelah menikah ya mau nggak mau masak kalau mau uang bulanan cukup buat keluarga. hehe. kadang suka iri eh sama mereka yang baru belajar masak setelah nikah tapi masaknya bisa enak banget sementara aku masaknya ya masih gitu-gitu aja. hihi

    BalasHapus
  19. Iya nih, awa masa remaja aku tuh ngerasa masak ngga penting, yah karena selama ini ada yg masakin, tpi kalau udah kepisah sama ortu ngerasa banget kalau masak itu emang harus dikuasai, dan ini termasuk skill bertahan hidup yng nggak cuma wanita sih yang wajib tau tapi cowok jg

    BalasHapus
  20. aku juga masih belajar untuk bisa masak, yang penting 'bisa' terlebih dahulu 'jago' nya belakangan :D

    BalasHapus

Terimakasih telah singgah di rumahami. Mohon tidak meninggalkan link di kolom komentar. Admin menerima endorse dan kerjasama.

© Tempat Lihat Suka Suka · Designed by Sahabat Hosting