Perempuan harus bisa masak sedari gadis,
Sebelum menikah, hanya sedikit perempuan yang bisa masak. Ada tipe perempuan yang di rumah, tugasnya cukup belajar.
Urusan rumah diserahkan ke ART. Khusus masak semua di-handle Ibu.
Kalau aku, kebetulan waktu gadis hobinya beberes. Masak adalah satu hal kegiatan yang aku coret dari daftar hobi. Soalnya ya tadi, merica dan ketumbar saja aku tak bisa bedakan. Mana Jahe mana laos aku bingung. Jadi lebih baik aku jauh jauh dari kompor.
Perempuan tidak harus bisa masak sejak gadis. Toh Tuhan menciptakan perempuan dengan aneka bakat.
Tetapi bisa masak sedari gadis adalah bonus.
Semua Bumbu Harus Racik Sendiri,
Orang-orang berpikir bahwa masakan harus bersantan dengan bumbu racikan sendiri supaya enak. Padahal kata 'bisa masak' tidak harus dengan menu yang sulit.
Sekarang banyak sekali resep sederhana yang bisa dimasak setiap hari di rumah. Ada juga bumbu instan.
Tinggal dicari yang sesuai lidah. Harga biasanya menentukan rasa.
Tidak perlu bisa masak. Yang penting bisa beli.
Beberapa orang ditakdirkan tajir sehingga dia bisa beli makanan online kapanpun dimanapun. Apalagi kalau kebiasaan itu diposting ke media sosial lalu menjadi contoh bagi orang yang pas-pasan. Bisa hancur rumah tangga follower-nya.
Mari perhatikan lebih teliti.
Istri- istri kaya memang tidak turun ke dapur. Tapi mereka punya koki sendiri. Jadi mereka tidak selalu beli.
Lagipula, keluarga dengan satu anak sudah tidak bisa sering beli. Karena biaya hidup mahal.
Jadi mau tidak mau, minimal kita harus bisa masak menu sederhana yang ada lauk dan sayurnya.
Harus bumbu ulek
Waktu awal-awal belajar masak, sering sekali aku mendengar kalau mau masak enak pakai bumbu ulek. Aku belajar masak berbarengan dengan kehamilan yang hiperemesis atau mual parah. Dalam hati ingin banget mengulek bumbu apa daya blender juga yang bekerja.
Di kemudian hari kusadar kalau blender tidak tahu apa-apa. Selama takarannya pas, menggiling bumbu dengan blender akan menghasilkan makanan enak. Apalagi sekarang ada blender bumbu kering dan chopper yang tidak butuh air. Meracik bumbu lebih ringan.
Masakan sendiri lebih sehat,
Ketika memasak, kita tahu bahan apa saja yang dipakai. Kita juga tahu kebersihannya. Kita bisa mengolah bahan sesuai kebutuhan orang-orang yang memakannya.
Makanan adalah obat hati,
Setelah lelah seharian, makanan adalah one of mood booster terbaik yang akan dikenang seumur hidup. Coba ingat-ingat. Makanan apa yang dimasak ibu atau istrimu yang kamu suka?
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia,
Dari dahulu sampai sekarang, makanan adalah kebutuhan pokok manusia. Bisa memasak berarti punya salah satu basic skill bertahan hidup.
Makanan adalah love language,
Ada orang yang love language-nya uang, sentuhan, ucapan, perhatian. Kita baru tahu pasti love language ini setelah menikah. Karena setelah menikahlah kita tahu tabiat asli suami/istri.
Kalau aku sebelum menikah tidak tahu suamiku sesuka itu sama masakan khas Indonesia. Aku coba menu umum tidak sesuai dengan lidahnya.
Makan tiga kali sehari dengan menu yang itu-itu saja membuatnya cemberut. Ternyata bukan aku yang salah. Setelah bicara berdua, aku baru tahu kalau suamiku suka masakan kampung yang dimasak ibunya, dan ibuku. Mertua suku Melayu dan Ibuku suku Minang. Jadilah akhirnya aku belajar masakan dua suku itu langsung dari ibu dan mertua. Lalu buku resep yang sempat aku beli pun sudah tidak tahu kemana, xixixi.
Masih adanya sistem patriarki di masyarakat.
Bisa memasak adalah kriteria calon istri.
Makanan membantu mencegah stunting.
Isu stunting menguat kembali di akhir tahun 2022.
Stunting adalah kondisi kurang gizi yang berlaku jangka panjang. Ada satu fenomena sedih yang terjadi akhir-akhir ini. Yaitu stunting tidak hanya terjadi di keluarga miskin. Tetapi stunting juga terjadi di keluarga berada. Setelah ditelusuri ternyata anak dari keluarga berada lebih sering makan junk food daripada real food. Misalnya anak lebih suka makanan olahan daripada makanan homemade.
Membentuk pola makan anak bukan hal mudah. Tetapi ini bisa diatasi dengan kerjasama suami istri. Dan itu dimulai dari memasak makanan sendiri.
9. Memasak adalah kegiatan yang berpahala.
Mengurus anak dan suami tentu berpahala. Memastikan mereka sehat dan bisa beraktivitas membuat hati tenang.
"Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW:“Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251) dikatakan Abu Hurairah RA:
Memasak dikategorikan sebagai mentaati suami. Tetapi tidak sekaku itu.
Rasulullah SAW juga menjahit pakaiannya, memperbaiki sandalnya sendiri, dan mengerjakan segala apa yang layaknya suami lakukan di dalam rumah.
Masih banyak lagi alasan kenapa seorang perempuan harus bisa masak. Kita tidak harus mengolah makanan yang sulit. Makanan sederhana pun jika dimakan bersama keluarga sambil ngobrol, tetap enak.
baru-baru kemarin aku mulai belajar masak lagi setelah 5 bulanan nggak masak sama sekali karena adaptasi dengan bayi newborn. Aku lagi semangat banget mencari resep dan tutorial masak biar rasanya pas. Apalagi, bayik udh mau MPASI jadi mau ga mau kudu latian masak lagi, apalagi masak juga berpahala ya, mbak
BalasHapusYup benar. Cukup bisa masak... bukan berarti harus jago. Minimal bisa merecook resep2 yang betebaran yang ada. Meski tidak dipungkiri, masak juga sebenarnya melelahkan. Apalagi kalau sudah capek masak ternyata rasa tidak sesuai ekspektasi yg alhadil jadi gak enak dan kebuang. Huhu
BalasHapusPenting mau bekajar masak. Gak harus jago masak kaya chef hehe
Dulu saya nggak hobi dan nggak bisa memasak. Sekarang mulai hobi dan sudah bisa memasak berbagai hidangan. Memasak itu seperti menulis, perlu latihan dan jam terbang agar lebih mahir.
BalasHapusSenyum-senyum sendiri saya membaca tulisan mba. Karena saya juga dulu begitu. Belajar masak harus telepon (dulu belum ada internet) ibu saya dulu, menanyakan apa-apa saja bumbu untuk masakan ini dan ini.
BalasHapusJadi keinget waktu jadi pasutri masih baru²nya, aku-nya yang gak bisa masak sama sekali, lalu suami mengajarinya. Hampir tiap hari suami memasak sehabis pulang dari kantor. Oooo kalau sekarang bisa lah masak tapi gak jago amat *eaaaa
BalasHapusyg jelas, masak itu basic skills.
BalasHapusmau laki atau cewek, semua kudu bs masak.
berguna bgt skills ini
Saya termasuk tim Mbak nih rasanya dulu. Lebih suka urusan beberes rumah dibanding masak. Menurut saya, masak itu sungguh butuh usaha. Mempersiapkan bumbu, aneka bahan, belum lagi hasilnya kadang ditolak juga oleh suami dan anak-anak, duh rasanya galau sekaligus kesal hahaha. Tapi semakin ke sini, saya pun mulai berdamai dengan dapur. Alhamdulillah pelan-pelan ternyata bisa menyesuaikan.
BalasHapusDan kadang suami juga mesti realistis kalau kemampuan masak kita terbatas. Untuk makanan yang aku ga bisa buat kami tetap beli, xixixi.
HapusMemasak itu salah satu keterampilan hidup yg wajib dikuasai
BalasHapusBaik untuk laki-laki maupun perempuan ya mbak
Nah setuju dengan alasan pertama, aku sejak kecil diingatkan harus bisa masak soalnya kalo memasak sendiri kita tahu bahan apa saja yang dipakai terutama soal halalnya
BalasHapusAku dulu juga ngga bisa masak sii tapi emang berumah tangga jadi bikin semua serba kepepet jadi bisa wakkakaka. Apalagi kalau bikin bekel buat anak2. Aku pengen mereka ingat kalo ibunya yang masak hehe.
BalasHapusKadangkala, punya uang tapi gak ada yang dibeli, juga bisa menjadi alasan kenapa harus bisa masak, minimal ada bumbu dasar di dapur sehingga apapun ayng dimasak bisa dinikmati sekeluarga sehingga gak kelaparan. Lapar ini bahaya banget sih.. Banyak side effect yang buruk ketika lapar.
BalasHapusYa benar sekali.. tapi masih tertatih untuk bisa memasak dengan menyenangkan
BalasHapusPerempuan memang identik sama dapur ya Mbak, dunia masak memasak, walau enggak mesti jago, tapi seengaknya bisalah bikin makanan yang cukup enak dan menyehatkan untuk keluarga, plus menyenangkan suami ya, jadi ladang pahala juga.
BalasHapusMemasak itu salah satu skill hidup, jadi buat cowok atau cewek ya harus bisa masak, paling ga goreng telur la, karena orang tua kan ga selalu bisa menemani anak-anak
BalasHapusHal tersebut yang saya ajarkan ke anak-anak. Selain itu saya berusaha menciptakan suasana masak yang menyenangkan sehingga anak-anak suka masak
Kalau di rumah justru suamiku yang lebih pintar masak meskipun begitu aku tetap berusaha belajar masak, karena tidak setiap hari lho suami masak melainkan ada momen tertentu atau saat weekend saja. Tapi yang terpenting masak sendiri itu jauh lebih hemat dan sehat.
BalasHapusaku banget nih mbak, sebelum nikah gak bisa masak, dapet suami lebih suka masakan rumah jadi pengen belajar lebih buat masak, kayak punya feel sendiri kalau keluarga kecil lebih nyaman masakan ibu/istri hihi
BalasHapusAku pun setuju, masak itu ngga harus jago, minimal bisa menu2 sederhana untuk keluarga semisal telor dadar, nasi goreng, sayur bayem. Krn masakan rumahan tentu lebih menyehatkan, porsinya juga bisa diatur sesuai kebutuhan
BalasHapusaku sebenarnya juga nggak terlalu suka masak tapi setelah menikah ya mau nggak mau masak kalau mau uang bulanan cukup buat keluarga. hehe. kadang suka iri eh sama mereka yang baru belajar masak setelah nikah tapi masaknya bisa enak banget sementara aku masaknya ya masih gitu-gitu aja. hihi
BalasHapusIya nih, awa masa remaja aku tuh ngerasa masak ngga penting, yah karena selama ini ada yg masakin, tpi kalau udah kepisah sama ortu ngerasa banget kalau masak itu emang harus dikuasai, dan ini termasuk skill bertahan hidup yng nggak cuma wanita sih yang wajib tau tapi cowok jg
BalasHapusaku juga masih belajar untuk bisa masak, yang penting 'bisa' terlebih dahulu 'jago' nya belakangan :D
BalasHapus