Tips Agar Anak Mau Makan Part 3

in , by Rizka Amita Ridwan, Mei 25, 2022




Assalamu'alaikum sobat rumahami, kali ini lanjutan dari part 2 sebelumnya ya. Di part 2 ada empat tips yaitu :

  1. Berdoa
  2. Makanan homemade.
  3. Fokus, dan
  4. Jangan sambil nonton atau main HP
Berikut sharing tips di part 3


5. Kenalkan rasa lapar.

Di grup ibu menyusui, kadang ditemukan ibu dengan anak usia setahun ke atas, yang susah makan. Ditelisik, ternyata si anak masih dominan ASI/sufor daripada makanan padat. Di atas umur setahun, kita sudah bisa mengatur jam makan anak ya Bun. Setidaknya di jam makannya, jangan ada ASI/Sufor. Di luar jam makan mah, bebas. Di atas umur setahun, adalah tahap penting untuk mengenalkan makanan padat ke anak. Kebutuhan anak terhadap makanan padat sudah lebih besar, daripada makanan cair.

Begitupun, tetap ada anak yang sampai umur empat atau lima tahun, hanya minum susu tanpa makan berat. Trully, selama tidak ada indikasi medis yang menyebabkan anak makan minum dalam bentuk cairan, jangan lakukan itu.  


6. Makan setelah mandi.

Begini sobat rumahami, pernah gak kita melihat, atau melakukannya ke anak sendiri. Anak pagi-pagi baru bangun, badannya berkeringat. Popok atau pampersnya dari malam belum diganti. Dia juga masih ngantuk. Lalu disodorin semangkok makanan. Kita sendiri coba bayangkan. Baru bangun, badan tidak segar, belum sikat gigi, hawa bau naga, belum sadar betul, pas buka mata langsung disodori sepiring nasi, bisa gak nasi itu kemakan? Kemungkinan besar, enggak. Kalaupun mau, habisnya lama.

Jadi, ayo dicoba. Sebelum makan, mandikan anak. Kalau umur satu tahun kan sudah bisa mandi air dingin. Begitu dia bangun, langsung mandikan.  Jika anak mandinya air hangat, berarti air hangatnya sudah tersedia sebelum si anak bangun.

Anak sudah mandi, badannya segar, apa mau makan? Apa lama? Namanya mengajarkan kebiasaan baik pasti perlu waktu.  Konsisten seminggu aja melakukan ini, akan ada hasilnya.

Dikatakan konsisten jika, selain makan sesudah mandi, konsisten juga bagi ayah/bunda/pengasuhnya, untuk tidak beraktivitas lain saat memberi makan anak. Tidak main hp, tidak sambil nyuci, bukan sambil nyapu.

Lalu bagaimana dengan beberes rumah? Kalau pagi ya harus urus makan anak dulu. Beberes dinomorduakan. Cuekin dulu cucian yang menumpuk, piring kotor, kain di jemuran. 

Percaya deh, lama anak makan setelah dia dimandikan, lebih cepat dibandingkan durasi anak makan pas baru bangun. Tapi semua bertahap ya. Tidak bisa instant jadi kita perlu sabar juga.

Pengalamanku pas anak pertama susah makan. Maka di anak kedua aku tak mau mengalami ini lagi. Selain tanya ke orang sekitar, juga membaca buku baik online maupun buku beneran. Alhamdulillah si anak pertama sekarang doyan makan. 


7. Menu lengkap atau seadanya?

Lihat situasi juga. Sebaiknya menu lengkap yang terdiri dari karbo, protein dan serat.  Tapi, kan kita juga selaku ibu ibu kadang gak selalu bisa. Waktu anak masih makan bubur, idealnya pagi-pagi buburnya sudah  dimasak. Jadi mau tak mau emak mesti bangun pagi sebelum anaknya bangun.

Tapi,kalau emak bangun kesiangan, ya tidak harus maksa pagi anak makan menu lengkap. Bisa sediakan bubur instant. Tapi balik lagi, untuk bubur instant ini dibatasi maksimal berapa kali dalam seminggu. Lalu makan siang dan sore si bayi makan bubur yang homemade. Andalanku setelah anak makan nasi, pagi makan nasi telor ceplok, siang baru menu lengkap ada ikan dan sayur.


8. TegaS

Apa itu TegaS? TegaS adalah singkatan dari Tega karena Sayang.

Membiasakan anak makan adalah hal baik yang akan dibawa seumur hidup. Selama anak tidak ada penyakit tertentu, jika anak nangis...biarkan.

Jika anak minta susu/ASI terlebih di jam makannya, untuk anak di atas usia satu tahun, tahan. Anak bebas minum ASI/susu di luar jam makan. Tapi tidak di jam makan. Antara anak dan kita. Kitalah yang dewasa. Anak anak kan memang otaknya belum sempurna. Jadi jangan kalah dengan anak.

Jika anak tantrum, selama tidak membahayakan diri, biarkan. Tidak akan menuruti anak yang tawar menawar untuk makan. Misal, mau makan sambil nonton, mau makan jika diajak ke ke minimarket/mal,  jika dibawa ke taman, jika sambil motoran, dan jika-jika lainnya.


9. Menu beda setiap hari

Dengan adanya menu yang berbeda setiap hari, anak-anak akan penasaran. Apalagi jika makan bareng keluarga. Menu berbeda tidak harus mahal. Misalnya hari ini ikan sambal dan sayur, besok ikan pindang dan sayur, ayam, dan udang. Jenis ikan banyak banget jadi lauk ikan dalam seminggu bisa 3-4 kali. 

Spesial untuk telur sebagai makanan idola sedunia yang gampang buatnya, jangan diberi di tiap waktu makan ya Mom. Jadi telur itu hanya muncul sebagai lauk sekali sehari saja. Lidah anak kita juga perlu merasakan aneka ragam rasa. Kasihan kalau dia cuma suka lauk tertentu. Ada masanya dia minder. 

Nah, anak balita di atas dua tahun, sudah bisa banget, makan jenis makanan yang sama dengan AyahBundanya. Jadi tidak ada cerita misal AyahBunda makan ikan goreng dan sayur, anak lauknya sosis atau nugget pagi siang malam. Tidak ada lagi juga cerita, misal kita sedang jalan jalan ke rumah saudara atau makan di resto seafood, anak minta digorengkan telor ceplok atau ayam goreng. Tidak ada. 

Dia makan apa yang ibu masak. Kalau kemudian anak tidak suka pedas, tidak apa. Yang penting menu dia sama dengan kita. Pada akhirnya poin ini mengajarkan kepada anak untuk belajar bersyukur pada Tuhan. Memakan apa yang terhidang. Jangan mencari yang tidak ada. 

Tinggal nanti dilihat jika ada alergi pada makanan tertentu, bisa konsul ke dokter. 


10. Porsi sesuai umur

Menyajikan makanan pada anak tidak bisa sekaligus banyak. Coba sedikit dulu, jika anak minta lagi, baru ditambah. Anak akan bersemangat melihat bahwa dia bisa menghabiskan makanan porsi kecil di piringnya. 

Menyajikan makanan dalam porsi besar yang tak mampu dia habiskan, bisa membuatnya trauma lalu menolak makan.

Setelah beberapa kali makan, kita bisa tahu takaran makan anak.


11. Makan Bareng Yuuuk


Sumber foto : Freepik

Sebenarnya ini cara paling cepat kalau mau anak doyan makan. Anak adalah peniru ulung. Jadi ketika dia melihat ayah bundanya makan di depan dia, dia juga bisa lahap. Berkebalikan jika anak disuruh makan, tapi ayah bunda atau pengasuhnya, malah main HP, atau mondar mandir sambil nyapu rumah. Siapa yang dia contoh? Tidak ada. 

Apakah aku selalu berhasil? Tentu tidak! Kadang mood naik turun, tapi ya dijalani saja. 

Kadang aku capek. Kemarin anak  sakit atau ayahnya sakit. Atau ada acara. Tak selalu bisa sesuai harapan. Setidaknya kita punya rule yang jadi target. Bisa skala 7 dari 10, sudah bagus. 

Akhirnya aku jadi ingat ke anak pertama yang sempat picky Eater. Di part sebelumnya aku pernah cerita, kalau aku masak SOP ayam, anakku yang kala itu umur tiga tahun, ga mau makan. Disuapkan pun ga mau. 

Eh pas ada saudara datang, dia malah minta makan. Menunya tetap sama. Tapi anakku itu dibiarkan makan sendiri oleh saudara, sambil diajak cerita. 

Beda banget dengan ibunya, yang kalau nyuapin makan sambil merepet yang lebih kurang kalimat, "Kamu gimana sih? Ini kerjaan Bunda masih banyak. Mau nyuci, masak, nyapu rumah, cepat makannya!" Kira-kira kalau begini, anak jadi mau makan apa gimana?#nunjuk diri sendiri😑

Jadi yang masalah, bukan makanannya, bukan orangnya. Tapi cara kita yang salah.  Mari kita perbaiki. 

Semua butuh proses. Berdoa juga, usaha juga.  Lebih bagus lagi kalau 11 cara ini dilakukan bersama suami istri. Bikin anak berdua, ngurusnya juga sama-sama, ya khan?

Karena memang segala urusan kita serahkan pada Allah. Maka urusan anak yang susah makan ini, juga kita minta pertolongan Allah. Kita berdoa supaya ini berhasil. 


Bekasi, 25 Mei 2022
Rizka Amita, Ibu dua anak.
Menulis untuk belajar 
 

 

 

 

 

 

Tips Agar Anak Mau Makan Part 2

in , by Rizka Amita Ridwan, Mei 22, 2022

 



Bismillah. Ini tulisan keduanya ya. Lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul, Bila Anak Susah Makan Part 1

1. Berdoa
Hal pertama yang harus kita ingat bila punya anak susah makan adalah, berdoa pastinya. Tak ada hal dimuka bumi bahkan daun yang jatuh،  kecuali atas kehendak Allah ya kan?


2. Makanan homemade. 
Lho? Kan katanya bubur instant juga bagus, sudah tertakar gizinya? Bagiku, orang punya pendapat apapun ya silahkan. Tapi ke anak sendiri tetap bubur atau makanan homemade.  Bubur instant boleh dipakai. Tapi dibatasi maksimal dua kali seminggu. Supaya Mama bisa me time juga ya kan?


3. Fokus
Ini penting juga ya. Pernahkah kita menelisik, apa yang kita lakukan saat anak makan? Apakah kita bolak balik? Duduk sambil nyetrika sementara anak disuruh makan? Main HP sambil nyuapin anak?
Nah.  Anak-anak itu peniru yang ulung. Ketika dia disuruh makan, maka orang yang menyuapi atau menemaninya, sebaiknya sedang makan juga. Bagaimana bisa dia tahu cara makan jika kita malah jalan kesana kemari nyuruh anak makan? Siapa yang dia tiru untuk makan? Sementara ibu atau ayah atau pengasuh, yang saat itu bersamanya, tidak makan? Kan dia bingung?

Kita beralasan bahwa kerjaan rumah yang tak ada habisnya, harus disambi. Karena itu ngasi makan anak ya, disambi. In case untuk membentuk pola makan anak, sebaiknya cara ini dihindari.

Alasannya ya, itu tadi. Ketika jam makan anak jadi prioritas, maka yang lain ditunda. Kenapa? Karena kita sedang melatih kebiasaan makan anak. Kebiasaan yang akan dia bawa sampai besar.

Kebiasaan makan yang baik, akan meningkatkan imunitas melawan virus. Terlebih di masa pandemi.

Jika memang konsisten, latihan ini tidak lama. Bisa seminggu. Bisa dua Minggu. Hasil di tiap anak beda-beda ya.

Tapi dampingi makan anak lama? Ayo kita coba, batasi jam makan anak, terutama balita, maksimal 30 menit. Siap tidak siap, diselesaikan.


4. Jangan makan sambil nonton TV atau HP.
Awal-awal, anak sangat mudah makan jika nonton TV/HP. Kita merasa itu aman saja dan kita senang ketika dia selalu mangap waktu disuap. Waktu berjalan dan dia melakukan makan, karena ada maunya. Makan supaya bisa diberi HP/TV. 

Kita akan kehilangan timing dimana anak makan dengan kesadaran penuh. Makan sambil interaksi dengan orang sekitar, bahkan dia tidak tahu rasa makanan. Beda antara ikan dan daging ayam, antara kangkung dan bayam. Yang penting mangap aja asal makanan masuk mulutnya, demi bisa nonton. 

Kita butuh anak dan kita makan tanpa gangguan. Kita saling interaksi satu sama lain. Kebiasaan makan bersama ini penting banget. Akan berlanjut sampai dia besar.

Kenapa anak remaja sekarang banyak yang kesepian? Karena mereka kehilangan bonding/ikatan dengan orangtuanya. Ada di antara kita yang, bahkan saat makan bersama keluarga, masih pegang HP. Jika kebiasaan itu turun ke anak, maka jangan salahkan anaknya. 

Dari awal, dari bayi, kita sudah membiasakan dia makan sambil nonton. Selagi anak masih kecil, akan lebih mudah membentuk kebiasaan makannya. Dimulai dari siapa? Dimulai dari ayah bundanya. Makan bersama termasuk salah satu waktu yang tepat untuk menciptakan bonding pada anak. 

Untuk part dua sekian dulu. Akan  ada part tiganya . Walau kelihatan simpel, pelaksanaannya tak semudah teori. Tapi masih bisa diusahakan. 


Tips agar Anak Mau Makan Part 1

in , by Rizka Amita Ridwan, Mei 18, 2022

 


 


Sumber foto :  Pixabay 

Ayahbunda Sedang mengalami anak susah makan? Dicoba ini itu tapi tetap susah makan? Panik gak? Panik gak? Ya paniklah!

Istri merasa sudah melakukan banyak hal supaya anaknya mau makan. Suami merasa sudah bekerja keras supaya bisa menyediakan makanan bergizi, tapi si anak susah makan. Kalau sudah begini, ujung-ujungnya berantem. 

Apalagi jika susah makan itu di anak usia balita, dimana kita tahu, itu adalah periode emas pertumbuhan anak. Kadang karena kita sudah tak tahu lagi caranya, kita beli suplemen makanan anak yang harganya mahal. Itupun tak berhasil.

Termasuk kategori anak susah makan juga jika, anak harus dibawa jalan kesana kemari naik motor/mobil, baru mau makan. Bahkan pernah kubaca, ada anak balita yang cuma mau makan, kalau makan di emol. Selain itu, anaknya gak mau makan. 

Ada lagi model anak yang baru mau makan setelah diajak kesana kemari, dari depan ke belakang gang, masuk ke gang lain sampai motong jalan tikus.

Berhasilkah anak mau makan? Enggak juga. Kok tahu ada anak seperti itu? Iya, soalnya anak pertamaku dulu begitu, xixixi.

Itu urusan pribadi orang sebenarnya. Kalau memang dia sudah siap dengan biaya dan punya kelebihan waktu, ya gakpapa. Tapi apa tahan? Tentu, pertama yang perlu belajar disini bukan anaknya. Karena anak- anak itu hanya mengikuti.  Lalu siapa yang perlu belajar? Ya kita, orangtuanya.

Anak pertamaku dulu susah makan. Sudah usaha ini itu tetap susah. Dimasakin ini itu gak mau. Sampai akhirnya ada kejadian yang buatku sadar. Apa itu?

Ceritanya, saudara serta ponakan, datang ke rumah. Mereka makan rame-rame. Awalnya biasa saja. Si sulung yang tidak suka makan, cuma lihat-lihat. Tetiba si sulung kami yang waktu itu usia tiga tahun, bilang ke saudara, “Bu, Aku mau makan.”

Bergetar hatiku mendengar suara anak pertamaku itu. Setelah berbagai drama sebulan terakhir, lalu dia mau makan, kok bisa dia minta makan, bukan ke aku? Kenapa?

Padahal ya. Segala cara sudah kulakukan demi si sulung kami mau makan. Dibawa keliling komplek sore-sore sudah. Makan dijarakkan satu jam dari minum susu sudah. Sarapan di depan rumah sambil lihat orang lewat lewat sudah. Bahkan sarapan sambil nonton TV atau laptop, sudah. Hasilnya nol semua. 

Bagi orangtua, kesehatan anak kan nomor siji. Numero duo, barulah diri sendiri. Kita jungkir balik urus anak dan suami, masak bahkan tanpa micin, diganti dengan udang sebagai penyedap rasa, bumbu racik sendiri, bukan instant. Lah kok kenapa anak tetap aja mingkem.

Tapi ya, coba deh kita cermati. Sehari kita makan tiga kali sehari. Tinggal hitung sendiri berapa waktu dan biaya, yang habis, untuk menuruti kemauan anak, yang tak seharusnya dituruti. Apalagi jika anak kita tiap makan, ada maunya.

Disini aku bukan dokter, bukan nakes juga. Tapi ingin sharing pengalaman waktu anakku susah makan. Cara ini tanpa obat, tanpa suplemen. Anak kedua yang kupakai cara ini, Alhamdulillah makannya lancar. Si bungsu makannya gak banyak. Tapi mau, teratur. Tak apa-apa, toh lambung anak-anak kan kecil.

Apa itu? Caranya adalah, kenalkan rasa lapar. Bagaimana detailnya? Simak di tulisan kedua ya.


Rizka Amita Ridwan, Ibu dua anak. 
Sharing is Caring

 

© Tempat Lihat Suka Suka · Designed by Sahabat Hosting